Author :
Erica Mulyani a.k.a Erica Edward Styles
Genre : Romance,
Hurts , crime ,and Friendship
Length :
i dunno
Casts : Harry Styles as Harry Styles , Niall Horan as Niall Horan, Chanel Celaya as Fleuretta isabelle, Eleanor Calder as Eleanor Calder, Perrie Edwards as Perrie Edwars and the others
***
Author’s
Point of View
"
siapa yang menyuruhmu duduk di meja makan itu bodoh ! " sebuah suara
bentakan dan penekanan intonasi yang jelas sekali menggambarkan kalau orang
yang berkata itu sedang marah " ngggg...Ni-Niall Horan” kata Eleanor
terbata-bata terlihat dia menundukan kepala sembari memejamkan matanya, gadis
bermata biru laut itu kembali mengerutkan dahinya terheran karena melihat sikap
temannya itu, ya ketakutan ! raut
mukanya seperti menggambarkan dia sedang berhadapan dengan seorang pembunuh
yang siap memenggal kepalanya dengan pisau belati yang runcing dan tajam. Gadis
bermata biru itu tetap tidak menoleh ke sumber suara sampai ketika suara itu
kembali terdengar , ya terdengar lebih keras dan justru membuat gadis bermata
biru itu mati rasa “ hey jalang ! apa kau tidak mendengar suaraku ? siapa yang
menyuruhmu duduk di tempat itu ?” apa , jalang ? dia terkaget setelah mendengar
suara itu seperti dia memikirkan kalau yang berkata seperti itu adalah pria
hidung belang yang kerjaannnya hanya diam di klub malam dan bergumul dengan bir
, pelacur , rokok , ataupun judi. Lalu Gadis itu mulai memberanikan diri
menoleh kesumber suara dan seketika muncul pertanyaan-pertannyaan siapakah yang
tadi membentaknya. Saat gadis itu berbalik dia mendapati seorang pria berambut
blonde yang sedang menatapnya intens, tajam seperti pria itu siap membunuhnya,
terlihat kedua tangannya mengepal membuat kepalan tinju yang siap menerjang
tubuhnya. “ apakah kau tidak mendengar perkataanku perempuan bodoh ?” kata pria
itu sambil menatap tajam perempuan bermata biru laut yang ada dihadapannya ,
perempuan itu berusaha meneguk ludahnya berkali-kali saat dia mendegar pria itu
membuka suaranya lagi. “ apakah telingamu rusak perempuan jalang ? jawab
pertannyaanku !” dengan penekanan intonasi yang kasar pria itu kembali
membentak gadis yang ada di hadapannya matanya berubah merah membara seperti
percikan api yang siap membakar tubuh gadis yang ada dihadapannya, perempuan
itu menundukkan kepala dan mencoba untuk membuka suaranya “ nggg..apakah aku
tidak boleh duduk disini ? bu-kannya disini murid-murid bebas mencari tempat
duduk ?” perempuan itu berhasil membuka suaranya dan berharap kata-kata yang
keluar dari mulutnya tidak menimbulkan malapetaka “What.The.Fuck.Are.You ?
bebas ? kau tidak mengenal diriku ,bitch ?” pria itu membalas kata-kata yang
dikatakan gadis yang ada di hadapannya. “niall, dia murid baru…” gadis brunette
bernama Eleanor itu membuka suaranya seakan ingin membantu temannya yang sedang
terintimidasi oleh pria blonde itu “ oh jalang ini murid baru ya ? kau butuh
pelajaran,baby” pria itu berbisik pada telinga fleuretta setelah pria tadi
beranjak mendekati fleuretta.
***
Fleuretta's Point of View
“ oh jalang ini murid baru ya ? kau butuh
pelajaran,baby” kata pria itu berbisik di telingaku, hembusan napasnya yang
hangat berhembus di telingaku membuatku sedikit risih karena kegelian lalu pria
itu menjauhi tubuhnya dan menatapku tajam seperti elang, Oh Sial ! dia berhasil membuatku tertegun kembali dan beberapa kali
mencoba untuk memejamkan mataku. Aku merasa di sebuah neraka dengan api yang
mengelilingiku ditambah pria bermata tajam ini ada di hadapanku , oh tidak ! aku seperti gadis paranoid.
Seketika sebuah belaian hangat mendarat tepat di daguku aku mulai memejamkan mataku,
sebuah belaian yang bermain di bawah daguku lalu seketika mengangkatnya
perlahan “ buka matamu jalang !” sebuah suara hentakan keras keluar didepan
mukaku,aku berusaha sekuat tenaga untuk menjauhkan tangan itu dari daguku dan
memejamkan mataku kuat-kuat dan berharap mataku tidak terbuka sebelum pria itu
selesai memarahiku. “ stop it horan !” terdengar sebuah suara teriakan pria dari
belakangku yang berhasil membuat pria itu melepaskan tangannya dari daguku. “
what the fuck bitches ?” aku mendegar pria dihadapanku membuka suaranya lagi
tetap dengan penekanan intonasi. “ jauhi perempuan itu !” apa ?! pria itu membelaku dan seakan membantuku untuk terbebas dari
belenggu neraka ini, oh dia malaikat hidupku. Come on ! bantu aku, bantu aku
untuk menjauhi pria yang ada di hadapannku. “ apa katamu styles ? menjauhi
perempuan jalang ini ? perempuan yang berani-beraninya menduduki tempat dudukku
?” pria blonde itu membalas kata-kata yang diucapkan pria yang mungkin sedari
tadi di belakangku “ hanya sebuah tempat duduk kau semarah ini , bitch ? dia
anak baru !” terdengar lagi suara yang berasal dari belakang tubuhku seakan dia
membantuku, seakan dia seorang prajurit yang siap melindungi sang putrid dari
segala apapun yang mencoba mengusiknya tapi aku tetap tidak memberanikan diriku
untuk membuka mataku. “iya murid baru yang harus diberi pelajaran !” pria itu
membalas lagi dengan suara yang keras aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang
menerpa wajahku. “ kauu !!!” kini pria yang ada di belakangku berteriak keras
seketika terdengar suara gedebum seperti ada perkelahian yang diantaranya sudah
di hempaskan ke atas meja, kini aku memberanikan diri membuka mataku dan aku
kini melihat pria blonde yang tadi meneriakiku tersungkur diatas meja kerah
bajunya di cengkram kuat-kuat oleh pria yang berambut curls yang ada di hadapan
pria itu. Pria itu mencengkram kuat kerah baju pria blonde yang meneriakiku.
Apakah pria curls itu yang tadi membelaku ? seorang prajurit yang tadi
melindungi sang putri dari sebuah insiden yang mengusiknya ? ah..dia
benar-benar malaikat bagiku, tapi aku menggeleng cepat mengusir semua pikiran
tadi dan berpikir bagaimana memisahkan kedua pria yang sedang berkelahi
dihadapanku. Aku melihat pria berambut curls itu menghantam keras rahang pria
yang tadi membentakku, oh tidak ! pria
itu berdarah, aku terjatuh tidak kuat menopang tubuhku saat melihat darah itu
serasa jantungku berhenti berdetak , bibirku memucat aku tidak kuat melihatnya.
Tapi seketika pria blonde itu bersikeras melawan pria yang ada di hadapannya
dia menendang perut pria curls itu hingga tersungkur kesebuah meja yang sedari
tadi berdiri tegak tapi kini hancur tidak kuat menopang tubuh pria itu, aku
melihat pria blonde itu beranjak bangun dan berlari kecil kea rah pria curls
itu dan sebuah kepalan tangan mendarat tepat di perut pria curls itu hingga
pria itu menyemburkan larutan berwarna merah dari mulutnya “ jangan macam-macam
denganku the son of bitch ! kau akan tersiksa lebih dari ini” kata pria blonde
itu meneriaki pria yang ada di hadapannya lalu dia beranjak meninggalkan pria
itu yang sebelumnya dia menatapku tajam seakan seorang psikopat yang hendak
membunuhnya, dia lebih pantas di bilang seorang psikopat yang siap menodongkan
pistolnya dan segera menekan pelatuknya dan memuntahkan peluru-peluru yang akan
menembus tubuhnya atau mungkin dengan sebuah pisau yang siap menembus ke salah
satu tubuhku. Aku tersentak, lalu berlari mendekati pria berambut curls itu aku
menatapnya kebingungan karena apa yang harus aku lakukan ? dia meringis
kesakitan sambil memeganggi perut yang tadi terkena hantaman dari pria kejam
tadi. Aku memberanikan menyentuh pria itu tapi belum sempat aku meyentuhnya dia
membuka suaranya “ jangan sentuh aku!” itu sebuah perkataan yang memerintah
diriku untuk tidak menyentuhnya, tapi apa-apaan pria ini ? aku menyentuhnya
karena ingin membantunya apakah pria ini marah padaku karena aku dia jadi babak
belur seperti ini. “ maafkan aku, ka-karena aku kau terluka seperti ini, dan
biarkanlah aku mengobatimu” aku berusaha membuka suaraku, lalu pria itu menoleh
dan menatapku dengan tatapan dingin “ aku tidak perlu bantuanmu” jawabnya
ketus. Apa ? pria yang tadi baru saja membelaku sampai ia terluka menolak
permintaanku yang bermaksud baik padanya ? dan menolak mentah-mentah dengan
tatapan yang dingin. Aku terus mendengus dalam hati seakan aku ingin berteriak
apa yang harus aku lakukan terhadap pria ini, aku terus memandanginya yang
terus merintih kesakitan dia melihat kearahku kembali kali ini tetap dengan
tatapan yang sama, ya dingin ! “ hai kau gadis bodoh , apa kau tidak kasihan
melihat pria yang ada di hadapanmu ini terluka ?” kata pria itu sambil
memeganggi perutnya. Apa ? apa yang tadi ia katakan , dia baru saja menolak
permintaanku yang tadi dengan tatapan dingin tapi sekarang dia berkata seperti
itu yang mengharapkan aku membantunya, apa-apaan pria ini ! apakah dia seorang
pria yang labil ? “ nggg..ten-tentu.
Apa yang harus aku lakukan ?” kataku terbata-bata pria itu memandangiku dengan
tatapan intens mata hijaunya yang indah seperti daun ternyata dapat
se-mengerikan ini. “ kau ikut denganku! Sekarang kau bantu aku untu berdiri dan
berjalan” perintahnya lalu aku mengikuti perintahnya aku beranjak bangun dan
berusaha sekuat tenaga menarik secara perlahan tubuh pria itu. “enggg berat
sekali..kau makan apa saja ?” kataku membuat pria itu menatapku dengan tatapan
tajam hembusan nafasnya terdengar berat, aku bisa merasakannya “ jangan banyak
bicara bodoh ! apa aku akan menamparmu” aku tertegun setelah mendengar
perkataannya lalu menggigiti bibir bagian bawahku, dalam keadaan seperti ini
pria ini masih saja bisa mengecam diriku, sialan
!
***
Author’s Point of View
Gadis itu berusaha menyeimbangkan tubuhnya dan pria yang ada di
sebelahnya sekarang tangan pria itu melingkar di leher fleuretta yang menjadi
topangannya. “ jalan yang benar bodoh ! jangan sampai kita terjatuh karenamu !”
kata pria itu membentak fleuretta, yang berhasil membuat desiran darah gadis
itu tidak mengalir dengan sempurna, detak jantungnya seakan tidak berdetak
kembali lalu gadis itu mengangguk mengerti. “ sekarang kita kemana ?” katanya sambil menatap pria yang ada
disampingnya menahan rasa sakit “ kita akan kerumahku” katanya ketus membuat
gadis itu tersentak “nggg… apa kerumahmu ?” gadis itu membalas dengan
pertannyaan kembali seakan membuat pria itu kesal “ jangan banyak Tanya ! apa
kau siap menerima hantaman tanganku di wajahmu, huh?” dengus pria itu kali ini
membuat gadis itu meneguk ludahnya. “ baiklah…” kata gadis itu
To Be Continued...
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar